Bandung, bertanya.id - Siskamling di Kota Bandung semakin berevolusi. Siskamling kini bukan hanya menjaga malam tetap aman, tetapi juga memastikan Bandung siap menghadapi tantangan lingkungan, kesehatan, dan tata kota secara lebih terukur dan kolaboratif.
Formatnya, tak hanya sekedar berkeliling tetapi juga menjadi forum dengar pendapat.
“Sejak kemarin format Siskamling kita ubah. Bukan hanya keliling atau jaga malam, tapi forum dengar pendapat berbasis data. Pemerintah harus bekerja dari fakta lapangan, bukan cuma dari cerita,” ujar Wali Kota Bandung, Muhammad Farhan saat Siskamling di Kelurahan Merdeka, Selasa 9 Desember 2025.
Format ini memungkinkan warga menyampaikan kondisi riil wilayahnya, mulai dari potensi bencana, sanitasi, hingga persoalan pemanfaatan ruang publik.
Dari Lurah Kelurahan Merdeka, Tri Priyanto Manunggal terungkap data yang cukup mengejutkan. Di wilayahnya memiliki lebih dari 4.000 pohon yang berpotensi menjadi ancaman saat angin kencang.
Selain itu, banjir yang berulang terjadi di RT 1 dan RT 2 (RW 5) karena penyempitan saluran air di jalur Jalan Ahmad Yani.
Persoalan ini sebenarnya sudah diajukan warga sejak Musrenbang 2020, tetapi belum terealisasi hingga kini.
Farhan merespons cepat.
“Catat. Kita akan turun ke lapangan untuk cek drainase dan lokasi banjir. Jangan tunggu hujan besar berikutnya,” tegasnya.
Isu lain yang mencuat adalah keberadaan TPS liar di Gudang Selatan. Selama ini banyak sampah dibuang sembarangan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab—bukan warga sekitar, tapi pelaku usaha dan kantor.
Sebagai terobosan, RW memasang kamera CCTV untuk merekam pelanggaran. Hasilnya, mayoritas yang buang sembarangan itu bukan penduduk. Mereka datang, lempar sampah, lalu kabur. Dengan CCTV, pelakunya bisa terlihat jelas.
Wali Kota menilai langkah itu sebagai terobosan cerdas.
“Ini Siskamling level baru. Bukan hanya jaga dari maling, tapi jaga lingkungan dari pelaku pembuangan sampah ilegal.”
RW 05 juga memiliki inovasi pengelolaan sampah organik berupa Hanggar Maggot dengan kapasitas maksimal hingga 500 kilogram per hari.
Namun ketika siklus larva terganggu, kapasitas turun drastis menjadi 200 kilogram.
Untuk mengatasinya, RW mengembangkan Plasma Maggot Percontohan yang menambah kapasitas olahan hingga 100 kilogram per hari.
Wali Kota menyebut inovasi ini selaras dengan arah kebijakan Kota Bandung yang tengah menyiapkan status tanggap darurat sampah.
Melalui forum ini, Farhan menegaskan bahwa konsep siskamling di Bandung kini diperluas.
Bukan hanya soal keamanan semata saja, tetapi juga mitigasi banjir, pengelolaan sampah, kesiapsiagaan kebakaran, pengawasan fasilitas publik, dan perlindungan lingkungan.
“Keamanan itu bukan hanya soal maling. Lingkungan yang kotor, saluran mampet, pohon rawan tumbang, dan buangan sampah sembarangan — itu semua juga ancaman. Jadi Siskamling harus berkembang,” tuturnya.
Forum ditutup dengan keputusan tindak lanjut:
survei lokasi banjir,
pemetaan pohon rawan tumbang,
evaluasi CCTV TPS liar,
serta koordinasi lintas OPD untuk penanganan cepat.
Farhan kembali menegaskan, pendekatan ini akan diterapkan ke seluruh wilayah Bandung.
“Bandung ini tidak bisa dikelola dari kantor. Bandung harus dikelola dari RW, dari data, dari aksi. Dan malam ini, RW 05 Kelurahan Merdeka membuktikan: partisipasi warga adalah kunci,” katanya. (ziz)**
Sumber : Diskominfo Kota Bandung