Bertanya.id | Bandung -- Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung memperingati Hari Tani Nasional 2025 dengan berbagai kegiatan di Pendopo Kota Bandung, Rabu 24 September 2025. Momentum ini dimanfaatkan untuk meluncurkan kebijakan baru, memperkuat gerakan masyarakat, serta memberikan apresiasi kepada pelaku ketahanan pangan di perkotaan.
Dalam kesempatan itu, Wali Kota Bandung, Muhammad Farhan menegaskan, pentingnya menjaga ketahanan pangan meski Bandung bukan kota agraris. Menurutnya, ruang terbuka hijau (RTH) dan sawah yang masih tersisa harus tetap dijaga.
“Walaupun kita kota metropolitan, kita wajib menjaga 600 hektare sawah dan 500 hektare RTH. Tanpa itu, generasi ke depan akan kesulitan memiliki jaminan pangan,” ujarnya.
Momentum Hari Tani Nasional juga digunakan untuk meluncurkan Rencana Induk Ketahanan Pangan Kota Bandung 2025–2030. Grand design ini menjadi pedoman jangka panjang dalam menjaga ketersediaan, distribusi, hingga pemanfaatan pangan di perkotaan.
Farhan menyebut, ketahanan pangan tidak hanya urusan petani, melainkan tanggung jawab bersama seluruh warga kota.
“Bandung harus tangguh bukan hanya dalam infrastruktur, tetapi juga dalam pangan. Mari kita jadikan Hari Tani Nasional ini sebagai momentum kolaborasi untuk menjaga masa depan,” ucapnya.
Pemkot Bandung juga memberikan apresiasi kepada para penggerak Buruan SAE, program ketahanan pangan perkotaan yang kini sudah ada di 375 RW. Farhan menilai, meski baru 20 persen dari total 1.597 RW, program ini telah menunjukkan dampak positif.
“Itu adalah 20 persen terbaik. Dengan kreativitas dan gotong royong, buruan sae terbukti bisa mengurangi beban biaya pangan keluarga,” ujarnya.
Sementara itu, Kepala DKPP Kota Bandung, Gin Gin Ginanjar menyebutkan, sekitar 96 persen pasokan pangan Bandung masih bergantung dari luar.
“Karena itu kita butuh desain integrasi agar suplai tetap aman, berkelanjutan, dan efisien,” jelasnya.
Selain rencana induk, Pemkot Bandung memperkenalkan aplikasi pengelolaan food waste hasil kolaborasi dengan akademisi dan komunitas.
Aplikasi ini memungkinkan sisa makanan dari rumah tangga, restoran, hingga hotel tetap bermanfaat, baik dialihkan kepada masyarakat yang membutuhkan maupun diolah menjadi pupuk organik.
“Ini inovasi penting agar pangan tidak terbuang percuma,” kata Gin Gin.
Acara kemudian diramaikan dengan makan bersama nasi liwet grande yang digelar di halaman pendopo. Ratusan peserta dari berbagai kalangan duduk berjejer menikmati hidangan, mencerminkan semangat kebersamaan dan gotong royong masyarakat Bandung dalam memperingati Hari Tani Nasional.
Gin Gin menambahkan, bulan depan Kota Bandung akan menerima penghargaan internasional di Milan, Italia, terkait praktik ekonomi sirkular buruan sae dan program school meal.
“Ini pengakuan dunia atas komitmen kita menjaga pangan dan lingkungan secara berkelanjutan,” ujarnya. (rob)***
Sumber ; Diskominfo Kota Bandung
Red.