Bertanya.id | Bandung -- Wali Kota Bandung, Muhammad Farhan menyatakan, Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung berkomitmen untuk memperkuat kebangsaan dan menjaga toleransi antarumat beragama melalui kebijakan publik yang nyata.
Hal itu ia sampaikan saat menjadi pembicara dalam Talkshow “Memperkuat Kebangsaan dan Toleransi Menuju Bandung Harmoni” yang digelar di GKI Maulana Yusuf, Sabtu 30 Agustus 2025.
Menurutnya, perbedaan agama, etnis, dan budaya yang ada di Bandung harus dipandang sebagai kekuatan, bukan sumber konflik.
“Hidup beragama itu harus berdampingan. Pancasila mengajarkan kita untuk hidup bersama dalam keberagaman. Inilah yang harus terus kita rawat,” ujarnya.
Ia mengungkapkan dua parameter penting yang menjadi pegangan pemerintah kota. Pertama, tidak boleh ada gesekan yang merusak kebebasan warga, terutama dalam menjalankan ibadah. Kedua, kebebasan berekspresi harus dijalankan seimbang dengan keamanan masyarakat.
“Demonstrasi dan perbedaan pendapat boleh saja, tapi jangan sampai mengganggu hak orang lain,” ungkapnya.
Farhan menilai, meski demokrasi di Indonesia masih menyisakan berbagai pekerjaan rumah, perjalanan bangsa pascareformasi tetap patut disyukuri.
“Perjalanan bangsa kita sejak reformasi memang belum selesai. Banyak hal yang masih menjadi unfinished business. Tapi kita bersyukur karena relatif tidak ada eskalasi besar dalam konflik sosial,” katanya.
Sebagai bentuk konkret menjaga toleransi, Pemkot Bandung tengah melaksanakan berbagai program. Salah satunya adalah pembangunan pemakaman bagi penganut kepercayaan, revitalisasi kampung toleransi, serta rencana pembangunan kompleks rumah ibadah lintas agama.
“Ini adalah ruang bersama yang kami sediakan agar seluruh warga merasa diakui dan dihargai,” ungkapnya.
Tidak hanya itu, Pemkot juga mengembangkan program pendidikan kebangsaan di sekolah. Farhan menyebut, pihaknya bekerja sama dengan TNI dan Polri untuk memberikan pembekalan kedisiplinan, wawasan kebangsaan, bela negara, dan pembinaan mental bagi siswa SMP kelas 3.
Menurutnya, pembekalan tersebut akan memberi dampak jangka panjang.
“Masa transisi dari SMP ke SMA itu rawan, karena itu harus kita siapkan dengan baik. Kalau hari ini kita bimbing anak SMP, maka 20 tahun lagi mereka akan tumbuh sebagai generasi produktif yang punya karakter kebangsaan kuat,” ujar Farhan dengan optimistis.
Farhan menyebut pemerintah tidak bisa berjalan sendiri dalam membangun toleransi. Dibutuhkan dukungan dari tokoh agama, akademisi, komunitas, dan seluruh elemen masyarakat.
“Pemerintah hadir dengan kebijakan publik, tapi masyarakat juga harus aktif menjaga kebersamaan. Toleransi itu harus dibangun bersama-sama,” ungkap Farham.
Talkshow yang berlangsung di GKI Maulana Yusuf ini diikuti oleh tokoh agama, pemuda, komunitas, hingga akademisi.
Diskusi berjalan dinamis dengan berbagai masukan kritis kepada Pemkot Bandung. Farhan menyambut baik masukan tersebut sebagai bahan perbaikan kebijakan di masa mendatang.
“Bandung Harmoni bukan sekadar jargon, melainkan komitmen bersama. Dengan kerja sama semua pihak, saya yakin Bandung bisa menjadi teladan kota yang rukun dalam keberagaman,” pungkasnya. (rob)**
Sumber ; Diskominfo Kota Bandung
Red.