Garut, bertanya.id - Ada satu kesadaran yang sering datang terlambat dalam hidup seorang hamba: meninggalkan shalat bukan sekadar dosa, tetapi bentuk hukuman halus yang pelan-pelan mengikis kedekatan hati dengan Allah tanpa disadari. Sebuah tanda bahwa ruh sedang dilucuti dari cahaya, dan qalbu sedang dijauhkan dari sumber rahmat.
Ketika hati sedang dekat dengan Rabb-nya, shalat menjadi ringan, bahkan terasa sebagai tempat bernaung. Ada kerinduan yang mendorong untuk segera sujud, seolah jiwa ingin bergegas bertemu dengan Pencipta. Setiap takbir mengundang damai, seakan dunia sebentar berhenti agar ruh dapat pulang.
Namun ketika hati mulai menjauh, shalat berubah menjadi beban. Adzan berkumandang, tetapi hati tidak tergerak. Ada rasa malas, lesu, dan enggan—seolah ada tangan tak terlihat yang menahan langkah dan menutup pintu semangat. Bukan karena fisik lemah, tetapi karena hati gersang.
Inilah hukuman yang paling menakutkan: hukuman yang tidak tampak, tetapi terasa dalam batin.
Ketika shalat tak lagi mengisi jiwa,
ketika doa tidak menenangkan,
ketika dzikir tidak membangunkan,
di sanalah ruh sedang kehilangan daya hidup.
Saat itulah kita perlu takut.
Bukan takut pada azab yang terlihat,
tetapi takut bahwa Allah sedang menarik rahmat-Nya,
menjauhkan diri-Nya dari hati kita.
Maka ketika kita mulai malas, sulit bangun untuk shalat, enggan melakukan kewajiban, jangan dianggap remeh. Itu bukan sekadar kurang motivasi, tetapi pertanda bahwa hati sedang kehilangan cahaya.
Segeralah kembali.
Istighfar dengan sungguh-sungguh,
paksa diri untuk bangun dan sujud,
menangislah dalam sepi,
sebut nama Allah yang Maha Membalikkan hati.
Karena hanya dengan rahmat-Nya, yang jauh bisa kembali dekat.
Yang gelap bisa kembali terang.
Asal hati mau berjalan, meski tertatih.
Shalat adalah panggilan cinta dari Allah.
Jika kita mendatanginya, Allah menyambut.
Jika kita menjauh, Allah menunggu.
Yang paling penting bukan seberapa jauh kita pernah tersesat, tetapi seberapa keras hati berusaha pulang.
Sebab hati yang merasa nyaman hidup jauh dari Allah—itulah hukuman yang paling berat.
Khodim
Ponpes Al-Muhajirin
Kp. Cijambu Jl Selaawi RT/RW 01/09 desa Selaawi Kecamatan Selaawi